Nabi Daud as dikaruniai oleh Allah SwT suara yang sangat merdu dan kemampuan melunakkan besi. Kita kutip kembali firman Allah SwT yang menyatakan hal tersebut.
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya. (yaitu) Buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan,” (QS. Saba’ [34]: 10-11)
Dalam ayat lain juga dinyatakan bahwa Allah SwT telah memberi Daud ilmu membuat baju besi. Allah SwT berfirman:

“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah),” (QS. al-Anbiya’ [21]: 80)
Salah satu perlengkapan perang yang sangat penting pada masa itu adalah baju besi. Baju besi itulah yang akan melindungi tubuh prajurit dari pedang, tombak, dan anak panah musuh. Walaupun baju besi dapat melindungi tubuh prajurit dalam berperang, tetapi ada kelemahannya, yaitu berat karena sepenuhnya terbuat dari besi. Akibatnya, gerakan prajurit menjadi terbatas, tidak leluasa. Dalam hal inilah kemudian Allah SwT memberikan kelebihan kepada Nabi Daud as, yaitu kemampuan mengolah besi dengan mudah, seperti mengolah tepung tatkala orang membuat kue.
Dalam SUrat Saba’ ayat 10 dinyatakan: “Kami telah melunakkan untuknya besi”. Dalam ayat tersebut kata lahu didahulukan daripada alhadid. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan melunakkan besi itu dikhususkan bagi Daud. Besi, di tangan Daud tidak ubahnya lilin atau adonan kue, bisa diolahnya tanpa harus dipukul dengan martil atau dipanaskan dengan api. Dengan kemampuan tersebut, Daud dapat membuat baju besi yang lebih ringan dan tetap kuat, sehingga prajurit yang memakainya tetap terlindungi, tetapi lebih leluasa dalam bergerak.
Kemampuan Daud melunakkan besi, disamping dipahami dalam makna hakiki seperti digambarkan dalam alinea di atas, juga ada yang memahaminya dalam pengertian, Daud-lah orang yang pertama kali menemukan teknik mengolah besi sehingga bisa dibuat baju besi atau perisai.
Hikmah yang diberikan kepada Daud
Sebagai seorang raja, Daud memerintah dengan bijaksana. Allah SwT telah memberinya hikmah dan ilmu pengetahuan yang dikehendaki oleh Daud. Allah SwT berfirman:
“… kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya …” (QS. al-Baqarah [2]: 251)

“Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan peselisihan.” (QS. Shad [38]: 20)
Apa yang dimaksud dengan hikmah dalam dua ayat di atas? Menurut Ibn Katsir dalam Kitab Tafsir Al-Qur’an al-’Azhim (2: 425) al-hikmah yang dimaksud dalam ayat adalah an-nubuwwah. Yaitu, diangkatnya Daud jadi Nabi setelah Samuel. Menurut Hamka dalam tafsir Al-Azhar (II: 365), hikmah adalah kitab suci Zabur atau Mazmur untuk memuja Allah yang penuh dengan kata-kata hikmat. Dalam Al-Qur’an dan Terjemahnya, catatan kaki no. 1302 (hal 735) yang dimaksud hikmah ialah kenabian, kesempurnaan ilmua dan ketelitian amal perbuatan.
Memang kepada Daud diturunkan Allah SwT kitab suci Zabur. Allah SwT berfirman:

“Memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman, dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. an-Nisa’ [4]: 163)
Zabur adalah nama kitab suci yang diturunkan kepada Daud, sebagaimana Taurat adalah kitab suci yang diturunkan kepada Musa, Injil kepada Isa dan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw. Apakah Zabur sama dengan Mazmur? Disebutkan oleh Muhammad Washfi dalam bukunya Tarikh al-Anbiya’ wa ar-Rusul wa al-Irthibath az-Zamani wa al-’Aqaidi (hal. 233), bahwa memang ada yang berpendapat bahwa Zabur secara keseluruhan hanyalah berisi doa-doa yang diajarkan daud dan puji-pujian mengagungkan Allah SwT. Di dalam Zabur tidak ada ketentuan tentang halal dan haram, faraidh dan hudud.
Washfi sendiri menolak pendapat tersebut. Bagi dia, sebagaimana kitab suci lainnya, Zabur juga berisi hukum, aturan-aturan dan petunjuk kehidupan yang menjadi pesoman bagi Daud dalam memerintah sebagai khalifah. Allah SwT berfirman:

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Shad [38]: 26)
Lebih lanjut Washfi (hal. 233) menyatakan bahwa Allah SwT menjadikan Daud sebagai khalifah yang berkuasa, dan memerintahkannya untuk bertindak adil dalam menyelesaikan perkara. Lalu bagaimana mungkin kalau Daud tidak dibimbing oleh Allah SwT dengan ketentuan dan hukum-hukum yang ada dalam kitab suci. Menurutnya, pendapat yang menyatakan bahwa Zabur hanya berisi doa dan puji-pujian terpengaruh dengan kitab Mazmur yang ada dalam perjanjian lama yang memang hanya berisi doa dan puji-pujian kepada Tuhan. Bersambung. [yunaharilyas/sm]