Mimar Sinan : Arsitek Agung Dinasti Utsmani

Kalau melihat dalam sejarah, kita akan menemukan arsitek-arsitek Muslim yang berpengaruh, arsitek-arsitek besar yang melakukan banyak inovasi. Salah satunya adalah yang paling terkenal pada masa kejayaan Turki Utsmani. Kerajaan Turki Utsmani mewariskan begitu banyak karya arsitektur bersejarah. Masjid, gedung, sekolah hingga jembatan, yang dibangun pada era kejayaan Utsmani pada abad ke-16 M menjadi saksi bahwa Islam menguasai bidang arsitektur. Dan menjadi pusat peradaban dunia.

Kemegahan peradaban tersebut tak lepas dari tangan dingin seorang arsitek kenamaan. Proyek pembangunan Dinasti Utsmani tersebut tidak lepas dari peran seorang jenius bernama Mimar Sinan, yang kala itu menjabat sebagai kepala arsitek dan teknik sipil Kesultanan Utsmani. Dialah arsitek Muslim termasyhur abad ke-16 M. Tak kurang dari setengah abad masa hidupnya diabdikan untuk dunia arsitektur Islam. Lebih dari 476 struktur arsitektur telah diciptakan Sinan sepanjang usianya. Tak heran, jika Sinan dijuluki “The Great Architect Sinan”. Sinan Si Arsitek Agung.

Sinan yang biasa disebut Khudai Mimar Sinan memiliki nama asli Mimar Koca Sinan. Ia lahir di Kaisariya, Anatolia, pada 15 April 1489 M. Ayahnya, Abdul Manan, adalah seorang mualaf. Ia berasal dari keluarga Kristen keturunan Yunani (ada yang menyebut dari Armenia) yang akhirnya memeluk agama Islam. Pekerjaan Abdul Manan adalah sebagai seorang tukang batu dan tukang kayu sekaligus pedagang.

Awalnya, Sinan menimba ilmu perkayuan dan matematika. Otak yang encer dan ambisi yang besar membuatnya dipercaya sebagai asisten seorang arsitek terkemuka. Dari arsitek itulah, dia banyak menimba ilmu. Namun, Sinan juga mengikuti jejak ayahnya yang bergabung dalam korps tentara elit Utsmani. Tidak disangka, ternyata dalam dunia militer ini, jiwa dan bakat arsitekturnya muncul. Seiring berjalannya waktu, pangkat kemiliteran Sinan mulai naik. Ia menduduki posisi yang strategis. Dan bahkan akhirnya menjadi ketua arsitek istana Kerajaan Turki Utsmani.

Sejak usia dini, Sinan mengikuti ayahnya sebagai pedagang. Ia mempelajari ketrampilan dari perdagangan. Ketika menginjak usia 21 tahun, dia direkrut oleh Devshirme dalam Korps Janissary, yakni pada masa pemerintahan Sultan Selim I, antara 1512 hinga 1520. Saat menjalani wajib militer (acemioglan), Sinan mengatakan kesediaannya untuk belajar sungguh-sungguh dalam bidang pertukangan. Lalu Sinan disarankan agar membuat kapal, jembatan kayu, dan segala macam konstruksi yang berasal dari kayu. Keahlian dalam bidang pertukangan ini dia kembangkan lebih lanjut selama mengikuti dinas militer. Ia pun berpartisipasi dalam sejumlah invasi yang dilakukan Turki Utsmani, termasuk invasi ke Belgrade pada tahun 1521, ke Wina pada tahun 1529, dan ke Baghdad pada tahun 1535. Pada masa-masa ini, Sinan menunjukkan keistimewaannya dengan menunjukkan keberaniannya, terutama saat mengikuti invasi ke Belgrade pada 1521 dan di Rhodes pada 1522. Sehingga dia dipromosikan menjadi seorang zenberekdji bashi yakni kepala operator kembang api.

Menurut beberapa sumber, Sinan muda yang menjadi prajurit kerajaan memperoleh penghargaan karena keberaniannya, khususnya ketika dalam penyerbuan ke Belgrade 1521 M dan Rhodes 1522 M. Tak lama setelah itu, dia diberi tugas memimpin korps infanteri perwira. Lalu ia juga ditugaskan memimpin pasukan ke Austria. Sinan sangat mahir menembakkan meriam. Sebagai seorang yang menguasai bidang arsitektur, dalam menembak, Sinan mempelajari struktur terlemah untuk meruntuhkan sebuah bangunan.

Ketika pasukan Utsmani menguasai Kairo, Sinan dipromosikan sebagai pimpinan arsitek. DIa diberi hak khusus untuk merobohkan bangunan-bangunan di kota yang ditaklukkan, utamanya bangunan-bangunan yang tak sesuai dengan rencana kota. Saat bertugas di Timur, Sinan ikut membangun benteng pertahanan dan jembatan.

Tugas utama yang harus diemban Sinan adalah mengawasi pembangunan dan masuknya barang-barang ke Kesultanan Turki Utsmani. Selain itu, ia juga bertanggung jawab untuk mendesain dan membangun sarana publik, seperti jalan, irigasi atau saluran air, dan jembatan. Kewenangannya pun semakin besar setelah diangkat menjadi ketua arsitek istana.

Semakin banyak daerah baru yang menjadi bagian kerajaan Utsmani, berbanding lurus dengan maraknya pembangunan di daerah-daerah tersebut. Pembangunan masjid dan bangunan-bangunan publik lainnya menjadi rencana utama pembangunan setiap daerah. Saat itulah kemampuan arsitektur Sinan semakin kentara dan kian terasah. Ia turut serta dalam pembangunan-pembangunan di wilayah baru. Tidak ada proyekpembangunan yang luput dari sentuhan dingin Sinan.

Sentuhan dingin Sinan ini dibuktikan dengan ratusan bangunan yang sudah diciptakannya. Ia telah membangun sekitar 476 bangunan yang terdiri dari 94 bangunan masjid besar, 57 gedung sekolah, 52 bangunan masjid kecil, 48 tempat pemandian, 35 istana, 22 makam, 20 caravanserai, 17 dapur umum, 8 jembatan, delapan gudang penyimpanan, tujuh madrasah, enam pengatur air, dan tiga rumah sakit. Sebuah pencapaian yang luar biasa. Namun begitu, dalam biografinya yang berjudul “Tazkirat al-Abniya”, Sinan mengaku bahwa Masjid Salim di Edirne merupakan karya terbesarnya.

Padahal, karya-karya arsitektur Sinan yang lain tak kalah tinggi nilai seninya, dan banyak jumlahnya. Sebut saja, misalnya, Masjid Azapkapi Sokullu di Istanbul, Kompleks Salaiman, Kompleks Kilic Ali Pasha, Kompleks Molla Celebi, Tempat Mandi Haseki, Masjid Piyale Pasha, Masjid Sehzade, Kompleks Mihrimah Sultan di Edirnekapi, Jembatan Mehmed Pasa Sokolovic di Visegrad, Masjid Nisanci Mehmed Pasha, Masjid rastem Pasha, Masjid Zal Mahmud Pasha, Masjid Kadirga Sokullu, Masjid Koursoum atau masjid Usman Shah di Trikala, al-Takiya al-Suleimaniya di Damaskus, Madrasah Yavuz Sultan Selim, dan Jembatan Mimar Sinan di Bayakaekmece.

Arsitek kebanggaan Kerajaan Turki Utsmani ini banyak meninggalkan warisan-warisan pembangunan, yaitu: 90 masjid besar di seluruh wilayah kekuasaan Utsmani, 50 masjid kecil, 57 perguruan tinggi, 8 jembatan, dan berbagai gedung-gedung sarana publik di seluruh wilayah kekuasaan Kerajaan Utsmani. Ia juga mewariskan murid-murid hebat yang membangun Masjid Sultan Ahmad atau dikenal dengan Blue Mosque, taj Mahal di India. Mimar Sinan yang wafat pada 1588 di usia 98 tahun ini sangat dibanggakan oleh penduduk Turki hingga kini. Jenazahnya pun disemayamkan di kompleks Masjid Sultan Sulaiman.

Mimar Sinan adalah arsitek terbesar dalam sejarah peradaban Islam. Ia membangun bangunan-bangunan yang terus dikenang dan dikagumi hingga abad modern ini. Sayangnya, setelah wafatnya, tak ada lagi muridnya yang se-berbakat dan se-berani Sinan dalam “ijtihad arsitektur”. Dunia Islam tidak lagi menelurkan ide-ide baru arsitektur. [islamaktual/sm/wahidnurrohman]

Leave a Comment