Pada bulan Ramadhan yang lalu penulis kedatangan keluarga yang melaporkan bahwa anak pertamanya murtad setelah pertemanan dengan wanita Kristen keturunan Cina. belakang ini keluarga baru mengetahui bahwa putranya yang bernama (F) telah pindah keyakinan dan mempercayai Yesus sebagai tuhan dan juru selamat. Alasan pindah agama karena agama Islam itu kejam, sadis, dan Islam tidak menjamin keselamatan. Agama Islam ribet harus ngejar pahala untuk masuk surga, sedangkan di agama kristen kasih, tidak repot, tidak harus shalat mengejar pahala. Sebab, seseorang yang menerima Isa Yesus, sebagai Juru Selamat, telah menerima ‘jaminan’ keselamatan sorgawi dari-Nya.
Sekarang (F) sering melecehkan ajaran Islam termasuk masalah shalat, puasa, bahkan melecehkan al-Qur’an dan rasulullah saw. Diantaranya yang digugat dan dilecehkan adalah tentang puasa yang dikirim lewat pesan WhatsApp adiknya. Berikut ini adalah beberapa kutipannya yang kami ikuti dengan bantahan/tanggapan.
KUTIPAN 1:
Mengapa orang Islam Wajib Puasa di Bulan Ramadhan ?
Inilah ayatnya, (QS. al-Baqarah [2]:183). “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang-orang yang bertakwa”
Bila ayat di atas kita baca dengan teliti, maka timbul pertanyaan. Siapakah sebenarnya yang berbicara pada ayat tersebut…?? Benarkah Allah mewajibkan umat Muslim, Yahudi dan Nasrani untuk berpuasa?
“… sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu…” (QS. 2:183). Bukankah puasa Ramadhan hanya diwajibkan bagi umat Muslim?
TANGGAPAN:
QS. al-Baqarah ayat 183 : Allah mewajibkan shaum (arab)/ sum (ibrani) kepada orang-orang yang beriman (umat Muhammad saw) dan diwajibkan shaum/sum kepada umat sebelum kamu yaitu kepada para nabi dan umat Islam sebelum Nabi Muhammad saw, kepada Nabi Musa dan umatnya, kepada Nabi Isa dan umatnya.
Mana buktinya Nabi Musa as dan Nabi Isa as menjalankan sum-nya (puasanya)? Lihat Keluaran 34:28, Nabi Musa as berpuasa 40 hari 40 malam, tidak makan roti dan minum air. Dalam perjanjian Lama kita jumpai banyak sekali ajaran tentang puasa ini. Yesuspun berpuasa; setelah ia puasa 40 hari 40 malam lamanya, maka laparlah ia (Matius 4:2).
Tetapi kenapa umat Yahudi yang mengaku pengikut Nabi Musa as tidak menjalankan puasa sebagaimana puasanya Musa as tidak makan roti dan minum air selama 40 hari 40 malam lamanya? Orang Yahudi sekarang hanya mewajibkan puasa setahun sehari yaitu pada hari raya (Yom Kifur) hari pertobatan.
Masalahnya adalah kenapa orang yang beragama Kristen yang mengaku pengikut Isa Almasih (Yesus) tidak menjalankan puasa seperti Yesus lakukan selama 40 hari dan 40 malam lamanya? Kenapa umat Kristen tidak ada keseragaman dalam berpuasa? Berbeda dari banyak gereja Karismatik, gereja-gereja Katholik melangsungkan puasa daging sebelum Jum’at Agung. Puasa daging dimaksud agar jemaat-jemaat Katholik mengenang kesengsaraan tuhan Yesus dengan tidak makan daging. Sidang Majelis Gereja Vatikan tahun 1965 di Roma, memutuskan hanya pantang tidak makan daging pada hari Rabu dan Jum’at Agung.
Kenapa Yesus lapar setelah berpuasa karena ia tidak makan…. Pantaskah Yesus yang lapar setelah berpuasa dikatakan sebagai Tuhan dan Juru Selamat yang menjamin keselamatan?
Bahkan ada yang menolak perintah puasa, kenapa saudara sendiri tidak lakukan seperti puasanya Yesus. Jansen Litjik, seorang dosen di sekolah penginjilan menulis dalam buku “Tanya Jawab Dogmatika Kristologi” menjelaskan puasa yang dikehendaki Allah adalah perbuatan kasih dan bukan berpantang makan-minum dan menyiksa diri (hal 186). Jansen Litjik dungu sekali mengatakan puasa itu bukan berpantang makan dan minum melainkan perbuatan kasih, padahal Yesus sendiri setelah berpuasa ia lapar, kenapa lapar karena ia tidak makan dan minum.
KUTIPAN 2:
Puasa dalam Islam sepertinya hanya “memindahkan jam makan” dari pagi-sore menjadi sore-subuh. Kualitas dan kuantitas makan-minum ketika puasa juga jauh lebih tinggi dibanding hari-hari biasa.
Dalam ajaran Kristen, puasa meliputi siang dan malam. Bahkan kadang berjalan beberapa hari tanpa makan.
Islam ketika puasa lebih menunjukkan aktivitas lahiriah, atau ibadah jasadiah. Yaitu aktivitas berkorban dengan cara meninggalkan, membatasi, dan menjauhi nafsu kedagingan. Harapannya agar mendapat “ridho dan pahala” dari Allah.
Puasa kristiani pada dasarnya berakar dari “Suasana Perkabungan”, jeritan atau keprihatinan yang sangat serius. Pelaksana harus mencari tangan dan wajah Tuhan dalam kerendahan hati yang sangat dalam.
Tujuan Muslim Berpuasa
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, tujuan umat Muslim berpuasa agar mendapat ridho dan pahala dari Allah. Selain itu, secara tidak langsung juga menuntut penghormatan atas dirinya dari orang lain serta lingkungannya. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya kasus pemukulan dan penganiayaan yang terjadi di bulan Ramadhan, terhadap “orang kafir” yang kebetulan makan-minum di sekitarnya. Alasannya, “orang kafir” tersebut telah melecehkan dirinya yang sedang berpuasa. Warung-warung makan dan restoran “dihimbau” (bahkan diwajibkan) untuk tutup atau setidaknya setengah tertutup. Menurut Alkitab, tujuan pengikut YESUS berpuasa adalah merendahkan diri, mencari wajah Tuhan dan membangun satu hubungan khusus dengan-Nya.
Puasa Pengikut YESUS Tidak Boleh Diketahui Orang Lain
Inilah sebabnya mengapa orang Islam tidak pernah tahu bahwa sebenarnya orang Kristen juga berpuasa. Pengikut Yesus yang sedang berpuasa tidak memerlukan perlakuan istimewa, yaitu dengan menjauhkan setiap makanan-minuman dari hadapannya. Ia juga tidak menganiaya orang yang sedang makan dihadapannya karena tidak menghargai dia yang sedang puasa.
Puasa adalah hubungan rohani dengan Allah, cukup Allah saja yang mengetahuinya!
“Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, seupaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat bersembunyi…” (Injil, Rasul Besar Matius 6:17-18)
Apakah Tujuan Anda Berpuasa?
Demikianlah tujuan orang Kristen berpuasa, yaitu mendekatkan diri pada Sang Khalik. Bukan untuk mendapat pahala berlimpah agar layak masuk sorga. Sebab, seseorang yang menerima Isa YESUS sebagai juru selamat, telah menerima ‘jaminan’ keselamatan sorgawi dari-Nya. Tujuan Kristen berpuasa menurut Alkitab, tujuan pengikut YESUS berpuasa adalah merendahkan diri, mencari wajah Tuhan dan membangun satu hubungan khusus dengan-Nya.
Kitab suci berkata, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia [Yesus Kristus], sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat kita dapat diselamatkan” (Injil, Kisah Para Rasul 4:12).
TANGGAPAN:
Menurut saudara murtadin (F), tujuan orang Kristen berpuasa yaitu mendekatkan diri pada Sang Khalik. Bukan untuk mendapat pahala berlimpah agar layak masuk surga. Sebab, seseorang yang menerima Isa Yesus sebagai Juru Selamat, telah menerima ‘jaminan’ keselamatan sorgawi dari-Nya.
Mestinya saudara murtadin (F) di dalam mengutip Matius 6:17-18 seharusnya dikutip yang utuh sehingga jelas bahwa orang yang berpuasa itu akan dibalas oleh Tuhan.
Lihat ayat Matius 6:16-18 (TB):
(16) “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.”
(17) “Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
(18) supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Tuhan yang ada di tempat tersembunyi. Maka Tuhan yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
“Tiap-tiap amal anak Adam untuknya sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan pembalasan padanya. Puasa itu Junnah (perisai), karena ituapabila seseorang diantara kalian sedang berpuasa, janganlah ia menurutkan kata-kata yang buruk, yang keji dan yang membangkitkan rangsangan syahwat, dan jangan pula ia mendatangkan hiruk pikuk.” (Hadits Nabi saw)
Dari Matius 6 ayat 18 sebagai berikut: supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Tuhan yang ada di tempat tersembunyi. Maka Tuhan yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Pada waktu itu ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya (Matius 16:27).
Ayat di atas sejalan dengan Hadits Nabi saw sebagai berikut: “Tiap-tiap amal anak Adam untuknya sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan pembalasan padanya”
KESIMPULAN
-
Berdasarkan alkitab/bibel sendiri, Musa as dan Isa as menjalankan puasa selama 40 hari 40 malam, sedangkan umat Kristiani tidak menjalankan puasa sebagaimana Yesus berpuasa.
-
Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw mengajarkan yang sama bahwa “Allah akan membalas orang yang berpuasa”, artinya Allah akan memberikan pahala kepada orang yang berpuasa. Tetapi umat Kristen percaya dengan menerima Isa YESUS sebagai juru selamat, telah menerima ‘jaminan’ keselamatan surgawi. Tanpa harus beramal/beribadah puasa dijamin masuk surga.
-
Penolakan Bibel terhadap Doktrin Dosa Waris dan Penebusan Dosa. Para Nabi Allah tidak ada yang mengajarkan Dosa Waris dan Penebusan Dosa. Risalah Allah yang dibawa oleh semua nabi-Nya itu pada hakikatnya sama saja, yaitu Tauhid dan Amal Shalih.
-
Semua Nabi menekankan adanya tanggung jawab individu atas segala perbuatan manusia. Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya. (Yehezkiel 18:20)
Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri (Ulangan 24:16)
Pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya (Matius 16:27)
[islamaktual/tabligh/abudeedatsyihab]