Kontroversi “Rasul” Yudas Iskariot

Pengertian rasul yang dalam bahasa Yunani disebut apostolos, dalam kamus Alkitab dijelaskan: “Utusan Allah. Khususnya kedua belas murid Yesus yang diutus-Nya untuk turut melakukan pekerjaan-Nya (Mat 10:1-2), tetapi juga orang-orang lain yang dipanggil untuk memberitakan Injil (Rm 16:17), teristimewa Paulus, rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi (Rm 11:13).”
Perkabaran Alkitab berkenaan dengan kerasulan dua belas murid Yesus Kristus sebagaimana dikemukakan di atas, sejatinya tidak hanya terdapat dalam Injil Matius, tetapi juga ditemukan dalam Injil Markus (pasal 3 ayat 16-19) dan Injil Lukas (pasal 6 ayat 12-16). Namun secara eksplisit hal tersebut memang tidak terdapat dalam Injil Yohanes.
Untuk mengetahui kedua belas para rasul tersebut, mari kita simak Injil Markus pasal 3 ayat 16-19, berikut petikannya: “Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diber-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia.”
Seperti terbaca dalam kutipan Injil Markus di atas, Yudas Iskariot adalah rasul yang berkhianat terhadap Yesus Kristus. Hal tersebut juga dinyatakan dalam Injil Matius (pasal 10:4), Injil Lukas (pasal 6:16) dan Injil Yohanes (pasal 18:5). Ihwal demikian membuat penulis tergelitik untuk menyatakan, Yudas Iskariot ternyata rasul yang kontroversi di dalam Alkitab.
Setelah mengikuti perbincangan Yesus dengan kedua belas murid-Nya sebagaimana tertulis dalam Injil Yohanes pasal 6 ayat 67-71. Untuk mengetahui seperti apa perbincangan tersebut, selanjutnya mari kita simak: “Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya (berarti Yudas Iskariot turut berada di sana, pen.): “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” Jawab Yesus kepada mereka, “Bukankah Aku sendiri telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah iblis.” Yang dimaksud-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.”
Berpegang kepada jawaban Yesus tersebut yang kemudian diperjelas rasul Yohanes bahwa yang dimaksud diantara mereka yang iblis itu ialah Yudas anak Simon Iskariot. Dalam kaitan ini, bila apa yang diwartakan Yohanes dalam Injilnya benar, berarti “Tuhan Yesus Kristus” telah melakukan suatu kekeliruan bila tidak untuk dinyatakan melakukan kesalahan dalam penunjukan rasul-rasul-Nya.
Dikatakan keliru, karena bukankah menurut Injil Yohanes pasal 8 ayat 44 menyikapi perilaku sebagian orang Yahudi, Yesus Kristus telah menyatakan bahwa iblis: “… Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.”
Melihat karakter iblis sebagaimana dikemukakan di atas, lalu bagaimana mungkin Yesus Kristus dampai mengangkat Yudas Iskariot sebagai rasul-Nya. Sebagai iblis bukankah Yesus telah sangat mengetahui bahwa ia adalah pembunuh manusia dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Selain itu bukankah Yesus Kristus juga telah mengetahui bahwa ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Dalam konteks demikian, menurut Alkitab, Tuhan telah tercatat dua kali melakukan kesalahan. Kesalahan pertama terdapat dalam Perjanjian Lama, ketika Tuhan merasa menyesal telah menjadikan manusia. Memfaktakan kenyataan tersebut, mari kita baca Kitab Kejadian pasal 6 ayat 5-7, cuplikannya, “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya”.
Sementara kesalahan kedua,terdapat dalam Perjanjian Baru yang dilakukan Tuhan Yesus dengan telah menunjuk iblis melalui Yudas Iskariot sebagai rasul-Nya sebagaimana kini tengah kita perbincangkan.
Dari perspektif kekristenan kini kita bertanya: ”Sebagai rasul, terkutuklah Yudas Iskariot karena telah berkhianat kepada Yesus Kristus.” Pertanyaan tersebut tentu dijawab; ya jelas terkutuk! Sebab, hal demikian telah dinyatakan dalam Alkitab.
Berpijak pada jawaban tersebut, selanjutnya kembali kita bertanya: “Dalam konteks penyaliban Yesus Kristus, ‘terkutuklah’ Yudas Iskariot karena telah berkhianat kepada Yesus Kristus”
Bila pertanyaan tersebut dijawab sama seperti ketika pertanyaan pertama diajukan, ya jelas terkutuk! Berdasarkan jawaban itu, dipastikan bahwa si penjawab termasuk orang yang mengutuk penyaliban Yesus Kristus. Dikatakan demikian, sebab jawabannya senada dengan pernyataan Alkitab dalam Galatia pasal 3 ayat 13: “… sebab ada tertulis: “terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”
Namun bila si penjawab menjawab, tidak! Berarti si penjawab menyatakan bahwa dalam kaitan penyaliban Yesus Kristus, Yudas Iskariot tidak terkutuk. Artinya, Yudas Iskariot bersih dari keterkutukan.
Dari sudut pandang kekristenan, si penjawab ternyata sangat menyadari bahwa tanpa pengkhianatan Yudas, Yesus Kristus tidak akan tertangkap. Dengan tidak tertangkapnya Yesus, maka penyaliban atas diri-Nya tidak terlaksana. Dan dengan tidak terlaksananya penyaliban atas diri-Nya, agama Kristen tidak akan wujud. Sebab, penyaliban Yesus Kristus sejatinya merupakan roh kekristenan. Oleh sebab itu, sesuai logika penjawab: Yudas Iskariot tidak terkutuk!
Bila logika di atas dijadikan patokan, seyogyanya Alkitab (baca: Injil) harus memuliakan Yudas Iskariot. Tidak mencapnya sebagai iblis dan tidak pula menghakiminya sebagai pengkhianat.
Berpijak pada tataran logika tersebut, fokus pada kontroversi Rasul Yudas Iskariot, serius kita bertanya; apakah pemberitaan Alkitab tentang Yudas Iskariot benar-benar Injil yang diwahyukan atau tidak. Sebab bila yang diwartakan Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes memang Injil yang diwahyukan, maka dipastikan di dalamnya tidak akan ditemukan hal-hal yang kontroversial. Terlebih, bukankah para penulis Injil tersebut senantiasa diilhami Roh Kudus.

 

Mencermati berbagai kontroversi Alkitab di atas, Hal tersebut semakin membuktikan kepada kita akan kebenaran berbagai firman Allah SwT terkait perilaku Ahli Kitab terhadap wahyu-Nya, diantaranya: “Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengadakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, “Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” (Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam kesakitan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu.” Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. al-An’am [6]:93). Wallahu a’lam bishawab. [islamaktual/tabligh/izharilyas]

Leave a Comment