Dalam tulisan ini kami akan mengungkap sepak terjang pendeta yang sudah kehilangan akal untuk memurtadkan dan menyesatkan umat Islam. Pendeta tersebut adalah Pendeta Markus Agung. Dalam melakukan misi kristenisasi, Pendeta Markus Agung membagikan dan mengedarkan Injil dalam Bahasa Arab. Penulis mendapatkan 2 (dua) buah Injil dalam Bahasa Arab, satu dari seorang ibu beranak dua asal Sumatra Barat yang murtad, dan satu lagi dari teman penulis asal Pontianak. Menurut informasi teman di Pontianak, banyak Injil Bahasa Arab dibagi-bagikan. Dan sekarang pendeta ini menulis buku berjudul Asmaul Husna (Asma Allah).
Mari kita cermati sepak terjang pendeta yang satu ini dalam melakukan upaya pemurtadan dengan prinsip “Cerdik seperti Ular dan tulus seperti merpati” (Matius 10:16).
Pendeta Markus Agung (nama samaran) menyusun buku Asmaul Husna (Asma Allah) setebal 33 halaman, lengkap dengan ayat-ayat Bibel dan Hadits Rasulullah saw yang mendukungnya.
Buku ini mengulas 31 (tiga puluh satu) nama Tuhan yang diyakininya sebagai “kembaran” Asmaul Husna. Dari ketiga puluh satu nama Tuhan itu antara lain: El-Shaddai (Tuhan Yang Maha Kuasa), El-Hay (Tuhan Yang Hidup), Jehovah Jireh (Tuhan Yang Mengadakan),Jehovah Rapha (Tuhan Tabibmu), Jehovah Nissi (Tuhan Panjiku), Jehovah Shalom (Tuhan pendamaian kita), Jehovah Hosenu (Tuhan yang Menjadikan), Jehovah Immeka (Tuhan yang Menyertai), Jehovah Makkeh (Tuhan yang Memusnahkan), dan lain-lain. Kemudian Markus mengupas makna Yehovah Shaphat (Tuhan Hakim yang Maha Besar).
Dari semua asma Allah tersebut di atas, Pendeta Markus Agung menyatakan bahwa nama-nama Allah itu adalah milik Yesus sendiri. Ia juga menulis, “Penghakiman telah diserahkan Allah bapa kepada Yesus kristus, dan ia akan datang sebagai hakim yang adil” (Kisah Rasul 17-31, Yesaya 11:33-34). Penghakiman ini dinyatakan oleh saudara Muslim pada kitab Hadits Shahih Muslim jilid 1 hal 74 ayat 127 (hal 13). Kutipan di atas menunjukkan, Pendeta Markus meyakini bahwa Yesus sebagai Tuhan dan Hakim yang Maha Besar.
Benarkah? Mari kita uji. Asma Allah sebagai hakim yang maha adil dalam al-Qur’an dan alkitab tidak bertentangan. Al-Qur’an mengajarkan, Allah memiliki sifat al-Hakim (Maha Bijaksana) dan al-Adlu (Maha Adil). “Bukankah Allah seadil-adilnya Hakim?” (QS. at-Tiin [95]:8).
Asmaul Husna versi Kristen
Tiga puluh satu nama Tuhan yang disebut Pendeta Markus, sebenarnya tidak satupun yang bermasalah. Semua bisa diterima akal dan tidak bertentangan dengan Islam. Tapi, semua nama Tuhan itu menjadi salah, karena Pendeta Markus membelokkan bahwa nama Tuhan itu milik Yesus Kristus.
El-Shaddai (Allah yang Maha Kuasa), ini tidak cocok disandang Yesus. Karena alkitab mengisahkan, Yesus itu tidak maha Kuasa, karena segala kehendaknya disetir oleh Tuhan (Yohanes 5:30). Sehingga Yesus tidak berdaya ketika diolok-olok, diludahi, disesah, dan disalib (Markus 10:34).
Yehovah Immeka (Tuhan yang Menyertai), ini pun tidak layak disandang Yesus. Sebab alkitab menyaksikan, Yesus ditinggal Tuhan dan berteriak-teriak “Eloi, eloi lama sabahtani”, ketika dieksekusi di gantungan salib (Markus 15:37).
El-Hay (Allah yang Hidup), ini juga tak layak disandang Yesus, karena alkitab menolak dengan mengisahkan bahwa Yesus mati jam 3 sore di atas tiang salib (Markus 15:37).
Yehovah Shalom (Tuhan Perdamaian kita), ini pun tidak layak bagi Yesus, karena dalam alkitab Yesus bersabda, “jangan kamu menyangka bahwa aku datang membawa damai di atas di bumi, aku datang bukan membawa damai melainkan pedang” (Matius 10:34).
Ternyata Asmaul Husna made in Pendeta Markus Agung dibantah oleh alkitab sendiri. Maka tidak ada gunanya memperalat sabda Rasulullah saw sebagai tameng atas kebathilan dan kesesatannya.
Asmaul Husna dalam Islam
Al-Qur’an memperkenalkan Allah SwT dengan Asmaul Husna sebagai sarana komunikasi antara manusia dengan-Nya, berdo’a dan mohon pertolongan.
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (QS. al-A’raf [7]:180).
Rasulullah saw menjelaskan, Asmaul Husna ada 99 (sembilan puluh sembilan), “Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus urang satu. Tiadalah seseorang menghafalkannya kecuali dia akan masuk surga. Dia itu tunggal dan menyukai yang tunggal.” (HR. Bukhari-Muslim).
Kata ‘menghafal Asmaul Husna’ dalam Hadits tersebut tidak bisa diartikan sempit, tetapi harus diimani sepenuh keyakinan dan diamalkan dalam kehidupan. Misalnya, dengan meyakini bahwa Allah Maha Tahu (al-’Aliim), maka orang harus sadar bahwa segala sesuatu diketahui Allah. Sehingga, ia akan menghindar dari perbuatan dosa dan maksiat. Wallahu a‘lam. [islamaktual/tabligh/abudeedatsyihab]