Kenali dan Waspadai Kristen Ortodoks Syiria

Belakangan ini banyak masyarakat muslim menganggap Kristen Ortodoks Syiria (KOS) sama dengan Islam, yaitu mengajarkan akidah tauhid, mengajarkan ibadah-ibadah yang sama dengan Islam, seperti melaksanakan shalat, puasa dan ibadah haji. Bahkan ada pembaca Majalah Tabligh, juga pendengar radio Dakta meminta kepada penulis untuk menjelaskan apakah sudah ada KOS di Indonesia.

Sejarah KOS
Sejarah menyebutkan, paham ortodoks lahir dari perselisihan antara Gereja Alexandria, Gereja Roma dan Kaisar Konstantin. Puncaknya, pada masa Kaisar Bizantium Marqilanus (450-458 M) seabad lebih sebelum kelahiran Nabi Muhammad di Mekkah 571 M.
Tepat pada tahun 451 M, diadakan Majma Khalkaduniyah (Konsili Kalkedonia) dalam hal ketuhanan. Dari buntut konsili ini menimbulkan perpecahan di antara gereja-gereja yang sulit disatukan kembali, sejak inilah umat Kristen terpecah menjdi dua. Yang satu berpusat di Roma dan Bizantium, dipimpin Bapa Laon (440-461 M). kelompok ini mengakui AlMasih mempunyai dua tabiat (sifat); Tuhan dan manusia alias tabiat Ilahi dan insani. Kelompok ini dikenal dengan Kristen dan Katolik.
Di pihak lain, berpusat di Alexandria dan Antokia di bawah pimpinan Bapa Disqures (444-454 M). Kelompok ini berpegang kuat pada sifat tunggal Isa Almasih. Mereka tidak setuju dengan aliran Kristen yang mengakui sifat Tuhan sekaligus manusia. Kelompok inilah yang kemudian dikenal dengan kelompok Ortodoks. Karena itu penganut ortodoks mencoba untuk hidup secara lurus, sesuai tuntunan awal dari kelahirannya.
Penganut ortodoks terdiri beberapa toifah; ada toifah Koptik, Syirian, Armenian dan Habasah. Sedang aqidahnya sama mempertuhankan Isa Almasih.
KOS Klaim Injil Pertama Berbahasa Arab Syiria
Penganut KOS pantang menyebut Sayyidina Isa Almasih dengan Yesus seperti lazimnya digunakan penganut Katholik/Protestan, tetapi lebih suka menyebutnya dengan Almasih atau Sayyidina Isa Almasih; berbicara dengan menggunakan bahasa Syiria. Injil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada tahun 643 M. Hingga sekarang, Injil yang digunakan penganut paham Ortodoks Syiria, Irak, Lebanon dan Mesir adalah berbahasa Arab. Memang, antara bahasa Syiria dan bahasa Arab terdapat kemiripan dan persamaannya.
KOS merupakan salah satu sekte Kristen yang ajarannya mirip/serupa dengan Islam, mulai dari cara berpakaiannya yang memakai kopiah, baju gamis, sajadah dan juga jilbab- sekilas terlihat sama. Terlebih lagi dalam tata cara peribadatannya, ajaran ini juga mengenal shalat yaitu dengan 7 waktu. Menurut Bambang Noorsena sebagai pendiri KOS di Indonesia, mereka shalatnya 7 waktu sedangkan di Islam 5 waktu karena shalat Tahajud dan Dhuha dipisah.
Asal Mula Kristen Ortodoks Syiria ke Indonesia
Di Indonesia KOS mulai diperkenalkan secara resmi oleh Bambang Noorsena. Berdasarkan akte Notaris tanggal 17 September 1997. Di Indonesia KOS belum punya gereja, melainkan berbentuk Lembaga Kajian yang diberi nama “Studia Syriaca Ortodoxia”, yang berpusat di Malang, Jawa Timur.
Bermula dari keingintahuannya tentang ajaran Kristen yang berwajah oriental, Bambang Noorsena menelaah teks Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ia juga melakukan perjalanan ke beberapa negara Timur Tengah pada 1995-1997, diantaranya: Syiria, Damaskus, Mesir, Lebanon, Palestina, bahkan ke Israel untuk mempelajari pola-pola ajaran KOS. Ia melacak jejak historis Gereja Anthiokia purba yang dikisahkan dalam Kitab Kisah Para Rasul. Bambang menemukan ajaran Kristen Ortodoks yang berpusat di Anthiokia, Syiria.
Dalam ajaran Ortodoks itu Bambang Noorsena menemukan jembatan yang bisa menghubungkan antara Kristen dan Islam yang dipeluk mayoritas penduduk Indonesia. Bambang tercatat sebagai jemaat Kristen Jawi Wetan berguru khusus kepada Mar Ignatius Zaka Al Awwal Al Uwais yang berkedudukan sebagai Patriark Anthiokia dan seluruh wilayah timur. Mar Ignatius dikenal juga sebagai Rais Al Aliy (Pemimpin Tertinggi) Gereja Ortodoks Syiria. “Selama belajar di sana saya menemukan kembali akar kekristenan semitik. Inilah penerus dan pewaris Kristen yang pertama,” kata Bambang.
Pemimpin tertinggi KOS adalah Patriakh, yang sekarang dipegang oleh Patriakh Mar Ignatius Zakka Al Awwal Al Uwais di Suriah. Berdasarkan Konstitusi 1991, KOS terdiri atas 20 keuskupan yang tersebar di seluruh dunia. Di bawah uskup ada abuna (pemimpin). KOS di Indonesia belum sampai ke tingkat abuna, karena belum mempunyai gereja. Yang ada, kata Bambang, baru sebatas Syekhul Injil (penginjil). Itu sebabnya, untuk menjadi penganut KOS di Indonesia terlebih dahulu dilakukan proses pembaptisan oleh Abuna Abraham Oo Men di Singapura.
Yang menarik dalam menjalankan ibadah ritualnya, Ortodoks Syiria ini menjalankan shalat 7 waktu dalam sehari semalam, dengan menggunakan bahasa Arab. Mereka juga membaca kitab Injil dalam bahasa Arab, mirip orang Islam sedang mengaji al Qur’an. Diakui oleh Syaikh Efiaim Bar Nabba Bambang Noorsena, pimpinan Gereja Ortodoks Syiria, dalam makalah yang disampaikan pada Syiar Injiliyah di Hotel Surabaya, 19 Juni 1998. Shalar dalam Kristen sebenarnya mengikuti shalat yang berlaku dalam Yahudi, yaitu tiga kali: petang, pagi dan tengah hari. Dalam bahasa Ibraninya disebut: ‘erev wa boker we tsohorayim. Atau, dalam bahasa Arabnya disebut: puasa’an wa subhanda dhuhran. Namun, seperti dimuat Talmud, setelah penghancuran Baitul Maqdis dan eksodus ke Babilonia, ditetapkan satu waktu shalat lagi, yaitu jam kesembilan, yang disebut minhah. “Menurut hitungan waktu Yahudi, kira-kira pukul tiga petang. Sejajar dengan waktu ashar dalam Islam,” kata Noorsena. Dan, selanjutnya berkembang menjadi tujuh waktu.
Diakui Noorsena, shalat dalam konsep kristen ini tidak terkait dengan syariah, seperti dalam Islam. “Melainkan lebih berlandaskan pada keinsafan batin,” katanya. Ini, menurut Prebyster Daniel Bambang, dilakukan bukan untuk mencari pahala. Tapi, untuk mengasihi Tuhan. “Karena, yang menyelamatkan manusia bukan karena perbuatan dan amal baik seseorang, melainkan karena kasih dan karunia Allah.” Tak hanya shalat, ternyata mereka juga mengenal haji. Ibadah haji ke Palestina ini termasuk ibadah non-sakramen, seperti juga shalat, zakat persepuluhan, serta puasa. Berdasarkan kitab Ulangan 16:16-17 disebutkan hag atau haji dilakukan ke tanah suci Palestina menjelang pekan Kudus (Perayaan Paskah) tiga kali dalam setahun.
Ciri dan Dasar-Dasar Ajaran KOS
Setidaknya ada sembilan belas (19) ciri dan dasar ajaran KOS yang serupa TAPI TAK SAMA dengan Islam: (1) KOS berpuasa bulan April, 40 hari (shaumil kabir) untuk mengenang kesengsaraan ISA ALMASIH [serupa tapi tak sama dengan puasa Ramadhan]; (2) KOS memiliki puasa sunnah Rabu & Jum’at [serupa tapi tak sama dengan puasa sunnah Senin-Kamis Islam]; (3) KOS wajib zakat 10% dari penghasilan kotor [serupa tapi tak sama dengan Zakat Fitrah]; (4) KOS mewajibkan perempuan berjilbab & jubah menutup aurat hingga mata kaki, yang pria berpeci/kofeah; (5) Kitab Injil yang dipertahankan adalah terjemahan Injil Aramic-Arabic bahasa Indonesia; (6) Pengajian KOS juga menggunakan tikar/lesehan [serupa tapi tak sama dengan gaya tradisional Islam]; (7) Cara shalat serupa tapi tak sama dengan Islam; (8) Mengadakan Tilawatil Injil dan MAzamir (Zabur), dengan menggunakan Alkitab/Injil berbahasa Arab; (9) Mengadakan acara rawi dan shalawatan; (10) mengadakan acara Nasyid/qasidah versi KOS; (11) Terlihat sangat santun & membiasakan berbahasa Arab [ana, antum, syukran, dan lain sebagainya]; (12) Membudayakan kaligrafi Kristen; (13) Metodologi dakwah yang menyerupai umat Islam karena KOS berasal dari Syiria; (14) KOS tidak memakai 12 syahadat Iman Rasuli umat Kristen, diganti “Qanun al-Iman al-Muqoddas”; (15) Penggunaan istilah islami, seperti “sayyidina Isa Almasih” untuk menyebut Yesus; (16) Mereka juga memakai Injil berbahasa Arab [Alkitab Almuqoddas]; (17) Prinsip ajaran KOS masih berputar sekitar masalah trinitas, adanya Tuhan bapak, Tuhan anak dan Tuhan Ibu; (18) Meyakini Penyaliban Isa Almasih; (19) Dan juga Isa diperanakan Maria, memiliki sifat insaniyah (sifat seperti manusia): tidak tahu musim, (Mar 11:13), lemah (Yoh 5:30), takut (Mat 26:37), bersedih (Mat 26:38), menangis (Yoh 11:35), tidur (Mat 8:24), lapar (Mat 4:2), haus (Yoh 19:28), dsb.
Perbedaan Ajaran Islam dengan KOS
Pertama, Islam menolak ketuhanan Isa Almasih (QS. al-Maidah [5]:72) dan mendudukkan sebagai nabi, sedangkan KOS mengakui Isa Almasih sebagai Tuhan (Rabb). Kedua, Islam berkeyakinan bahwa Tuhan itu tidak punya ayah dan ibu (QS. al-Ikhlas [112]), sedsngkan KOS berkeyakinan adanya Tuhan bapak, tuhan anak dan tuhan ibu. Maria sebagai walidatul ilah (Ibu Tuhan). Ketiga, Islam memegang teguh kesucian nama dan sifat Allah; Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan, Allah Maha Mengetahui, Maha Kuat, Maha Melihat, tidak tidur, dan tidak serupa dengan makhluknya, dan sebagainya.
Kesimpulan

 

  • Aqidah KOS mempertuhankan Isa Almasih, meyakini Isa Almasih mati disalib, meyakini Isa Almasih mempunyai dua tabiat: Isa Almasih yang sepenuhnya Ilahi dan Insani. Doktrin ini sama dengan doktrin Kristen lainnya;
  • KOS mengaku melaksanakan shalat dan haji, namun itu bukan ibadah/syariah dalam agama mereka, melainkan dalm rangka mengenang kematian dan kesengsaraan Isa Almasih yang telah mati disalib. Ini bertentangan dengan ajaran Islam (QS. an-Nisa’ [4]:157), bahwa Isa as tidak pernah dibunuh dan tidak pernah disalib;
  • Basmalah KOS tetap mengajarkan trinitas: “Bismil abbi wal ibni war Ruhul kudusi ilaahun waahid” yang artinya “Dalam nama Bapa, putra dan roh kudus, Allah yang Esa”. Ini jelas tidak sama dengan Basmalah dalam agama Islam;
  • KOS tidak sama dengan Islam sunni, serupa tapi tak sama. [islamaktual/tabligh]

oleh : Abu Deedat Syihab, MH

Leave a Comment