Dalam strategi penginjilan, para pendeta/evangelist/misionaris/zending sering menggunakan al-Qur’an sebagai alat untuk meyakinkan umat Islam bahwa al-Qur’an membenarkan kitab Bibel (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) yang ada pada mereka itu adalah asli, alias benar Firman Tuhan yang dicetak dalam satu buku dinamakan Al-Kitab.
Di dalam al-Qur’an berulang-ulang Allah SWT telah menyatakan bahwa al-Qur’an itu adalah kitab yang membenarkan kitab yang datang sebelumnya, “Mushaddiqallimaa ma’ahum atau mushaddiqallimaa baina yadaihi” (QS. al-Baqarah [2]:41, 89, 101; Ali Imran [3]: 3-4; al-Ma’idah [5]:48; Fathir [35]:31 dll).
“Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan yang membenarkan apa yang ada padamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.” (QS. al-Baqarah [2]:41).
Dengan ayat tersebut mereka ingin meyakinkan kepada umat Islam bahwa Taurat dan Injil yang ada dan beredar sekarang ini mendapat legitimasi al-Qur’an, makanya umat Islam harus beriman kepada kitab Bibel tersebut.
Benarkah al-Qur’an mengakui kebenaran Kitab Perjanjian Lama dan perjanjian Baru (Taurat dan Injil) yang ada dan beredar sekarang ini yang dinamakan Alkitab (Bibel)?
Baiklah kita mencoba untuk mendudukkan dan meluruskan kesalahpahaman ini.
Mushaddiq berasal dari kata Shad-da-qa yang artinya membenarkan juga mengandung arti mem-betulkan. Adapun yang dimaksud membenarkan adalah terhadap kitab Taurat, Zabur dan Injil yang diturunkan kepada nabi Musa, Daud dan Isa. Justru al-Qur’an banyak meluruskan ayat-ayat Bibel yang menyatakan Yesus itu Tuhan.
Lihat QS. al-Anbiyaa [21]:25 yang menyatakan semua Nabi dan Rasul Allah telah menerima wahyu, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
“Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyuan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.”
Isa Almasih (Yesus Kristus) pun mengajarkan bahwa Allah itu Esa dan mengajak umatnya mengabdi kepada-Nya (QS. Ali Imran [3]:50-51 dan QS. az-Zukhruf [43]:64).
“… karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran [3]:5–51)
“Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.” (QS. az-Zukhruf [43]:64)
Di dalam Injil, pada dasarnya juga terdapat seruan Isa Almasih (Yesus Kristus) untuk hanya menyembah Allah saja. Seperti dalam beberapa ayat berikut;
Jawab Yesus : “Hukum yang terutama ialah: dengarkanlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa.” (Injil Karangan Markus 12:29)
Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budi.” (Injil Karangan Matius 22:37)
Maka berkatalah Yesus kepadanya” “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Injil Karangan Matius 4:10)
Akan tetapi, dalam pandangan agama Kristen sekarang diajarkan bahwa Allah itu adalah Isa (Yesus) sendiri sebagaimana tertera pada Surat Kiriman Paulus berikut:
“Mereka adalah keturunan bapa, bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaannya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu, Ia (Yesus) adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya amin.” (Kitab Roma 9:5)
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” (Kitab Roma 10:9)
“Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup.” (Kitab Roma 14:9)
“Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.” (I Korintus 6:14)
“Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” (Kisah Rasul 2:36)
Jadi berdasarkan surat-surat Paulus tersebut diatas, doktrin Yesus itu Tuhan bukanlah ajaran Yesus melainkan ajaran Paulus, dimana Paulus mengatakan: “Allah telah membuat Yesus menjadi Tuhan”. Kalau Yesus adalah Tuhan yang dibuat, berarti Yesus bukan Tuhan ‘beneran’ tetapi Tuhan ‘jadi-jadian’, karena ketika Yesus masih hidup dia sebagai manusia tetapi setelah mati berubah menjadi tuhan.
Maka umat Kristen sekarang meyakini Yesus itu sebagai Tuhan yang harus disembah dipuja (menurut doktrin Paulus).
Dengan demikian, Allah SWT menurunkan al-Qur’an untuk “meluruskan” kitab Bibel (yang telah mengalami distorsi penyimpangan), bukanlah membenarkan akidah Trinitas (syirik) tersebut. Pendapat tersebut diatas dikoreksi/diluruskan oleh al-Qur’an sebagai berikut:
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah ialah Almasih putra Maryam, padahal Almasih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil. sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu…” (QS. al-Maidah [5]:72).
Dengan mengangkat Isa as. sebagai Tuhan, maka tidak hanya 2 Tuhan yang diakui dalam pandangan Kristen. Dalam pandangan agama Kristen Tuhan Allah itu Trinitas (beroknum tiga) atau Allah itu mempunyai anak (Yesus) sebagaimana tertera dalam ayat-ayat berikut:
“Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga; Bapak, Firman, dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.” (I Yohanes 5:7-8)
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” (Matius 18:19)
Kedua ayat tersebut di atas merupakan dalil mereka tentang Trinitas. Perlu diketahui kedua dalil tersebut di atas, menurut para pakar teologi “dinyatakan pasti ayat ini tidak asli”, kalau tidak asli berarti kedua ayat tersebut adalah palsu, artinya kata-kata ini bukan bersumber dari ucapan Yesus sendiri. (lihat kitab suci Perjanjian Baru th. 1977/78, hal. 551 Percetakan Arnoldus Ende).
Maka pandangan ini diluruskan oleh al-Qur’an bahwa ajaran Trinitas maupun pandangan bahwa Allah mempunyai anak bukanlah ajaran Isa a.s. (Yesus).
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. al-Maidah [5]:73)
Al-Qur’an meluruskan bahwa Isa Almasih tidak pernah mengajarkan kepada umat manusia agar mereka mempertuhankan dirinya.
“Dang (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?”. Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) Yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (QS. al-Maidah [5] : 116-117)
Demikianlah bantahan Isa a.s. bahwa dirinya bukan Tuhan/anak Tuhan melainkan hamba Tuhan dan seorang Nabi/utusan Tuhan. Jadi, Isa a.s tidak pernah mengajarkan dirinya Tuhan, melainkan utusan Tuhan. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT untuk meluruskan segala penyimpangan yang dilakukan oleh ahli kitab terhadap kitab-kitab terdahulu. [islamaktual/tabligh/abudeedat]