Pendahuluan
Kristenisasi bukanlah sebuah isu, melainkan sudah merupakan fakta dan realitas yang harus Umat Islam lawan dalam rangka kewajiban menjaga dan mengawal aqidah umat dari pemurtadan dan aliran sesat.
Dasar Dalil Kristenisasi
Dasar dalil kristenisasi berdasarkan amanat agung tuhan Yesus dalam kitab suci mereka. Melaksanakan Amanat agung Yesus Lintas budaya/agama berdasarkan Matius 28:19 dan Markus 16:15.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. (Matius 28:19)
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (Markus 16:15).
Kita lihat lembaga misi “Yayasan Gideon Internasional” menyebarkan Injil ke lembaga-lembaga Islam antara lain: Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Bekasi, Yayasan Bani Saleh Bekasi dikirim Injil masing-masing sebanyak 150 eksemplar, sedangkan Pesantren Az-Zaitun Indramayu dikirim sebanyak 1400 injil yang diterima oleh Saefudin Ibrahim yang murtad masuk agama kristen dan sekarang sudah menjadi pendeta.
Adapun dasar kristenisasi dengan cara yang licik termasuk berkedok Islam adalah sebagai berikut:
“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Matius 10:16)
“Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.” (1 Korintus 9:20)
Dalil-dalil untuk Melakukan Perlawanan terhadap Musuh
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. al-Anfal : 60)
Dalam ayat tersebut kita harus mempersiapkan segala kekuatan kita untuk menghadapi mereka termasuk menghadapi kristenisasi yang dilancarkan oleh orang-orang kafir, dan seluruh komponen umat dan lembaga-lembaga Islam harus bersatu padu sehingga akan menggetarkan msusuh-musuh Allah dan musuh kamu (kaum muslim).
Upaya Membendung Kristenisasi
Ada tugas-tugas yang harus dilakukan oleh setiap muslim dan Lembaga Islam untuk membendung kristenisasi, antara lain sebagai berikut:
-
Harus lakukan pembinaan ke dalam yaitu memperkuat akidah dan memperkokoh ukhuwah. Kalau aqidah sudah kokoh tentu saja tidak mudah umat Islam dikristenkan atau tidak mudah paham-paham sesat mempengaruhi umat Islam.
-
Keluar harus lakukan perlawanan, artinya kita harus lakukan dakwah kepada mereka (non-muslim), sehingga menyadari mereka berada dalam kesesatan. (QS. ali Imran:64)
-
Seluruh ormas/lembaga Islam harus bersinergi, artinya harus bekerjasama bukan hanya sama-sama kerja.
Sebagai individu muslim paling tidak ada lima (5) kewajiban yang harus dilaksanakan agar dapat menjaga aqidah Islam dari pemurtadan maupun dari paham dan aliran sesat:
-
Wajib mengkaji Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah (QS. al Baqarah : 208);
-
Wajib mengamalkan Islam, setelah dikaji wajib mengamalkannya;
-
Wajib mengajarkan Islam, kita mempunyai keluarga, tetangga, sahabat maka wajib mengajarkannya;
-
Wajib memperjuangkan Islam, tentu dimana saja saat kita berada, baik di kantor, maupun di rumah wajib memperjuangkannya; dan
-
Wajib membela Islam, kalau Islam sudah dilecehkan, dihinakan, diinjak-injak wajib membelanya.
Ada beberapa kiat atau upaya menangkal dan membendung upaya kristenisasi, antara lain:
-
Internalisasi nilai-nilai aqidah.
Penanaman dan pemantapan aqidah sejak usia dini melalui pendidikan qidah dan pemahaman sirah nabawiyah serta perjuangan para sahabat rasulullah, termasuk menanamkan nilai-nilai hijrah Nabi bersama para sahabatnya untuk menyelamatkan iman dan Islam. Ternyata seluruh amal bermuara pad aqidah. Kalau aqidah benar, maka seluruh amal akan benar dan lurus.
-
Rekonsiliasi umat Islam secara paripurna.
Umat Islam akan semakin lemah jika saling bermusuhan antar sesama umat Islam. Justru, orang kafir akan merasa senang jika umat Islam terus bermusuhan secara internal, antar organisasi, antar lembaga keagamaan, dan antar jamaah. Rekonsiliasi harus direalisasikan antara pemerintah, ulama dan lembaga-lembaga/ormas Islam.
-
Masjid dijadikan sebagai sentral pembinaan umat.
Memakmurkan masjid dengan mewujudkan jamaah yang kompak, bersatu dan penuh ukhuwah. Apabila masjid makmur dengan jamaah, maka akan dapat menggetarkan musuh-musuh Islam (kaum kafir). Umat Islam tidak akan mempunyai kekuatan jika masjid-masjid kosong tanpa jamaah.
-
Memiliki komitmen untuk mengaplikasikan syariat Islam.
Implementasi syariat Islam tidak hanya sebatas slogan saja; tetapi harus benar-benar diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan secara totalitas. Disini dituntut adanya keberanian para umara dan ulama yang didukung oleh seluruh lapisan masyarakat untuk merealisasikan dengan penuh keikhlasan. Hukum-hukum ditegakkan dimulai dari kalangan atas (para pemimpin) kemudian turun ke bawah (rakyat), sebagai wujud keadilan. Pelaksanaan syariat diawali dengan pengamalan kewajiban pokok (fardhu ‘ain) kemudian menyusul penerapan hukuman dalam aspek kriminalitas (jinayah).
-
Keteladanan ulama dan pemimpin pemerintahan.
Saat ini rakyat mengalami krisis keteladanan, seakan-akan tidak ada lagi yang dapat diteladani baik dalam kehidupan sosial maupun agama. Ulama dan penguasa tidak mampu menunjukkan contoh yang baik bagi umat. Jarang sekali kita temukan ulama dan umara berada dalam satu shaf di masjid-masjid ketika shalat jama’ah. Dan hampir tidak dijumpai tradisi diskusi antara ulama dan umara dalam masalah-masalah hukum agama yang krusial, termasuk masalah aqidah yang benar
-
Menata manajemen dakwah yang handal.
Selama ini dakwah berjalan secara natural, tanpa manajemen yang rapi dan terarah. Akibatnya, tidak ada evaluasi tingkat keberhasilan dakwah. Dakwah lebih bersifat verbalistik daripada praktik secara aplikatif. Demikian juga, para da’i berjalan masing-masing tanpa ada koordinasi yang jelas, begitu pula materi dakwah yang disampaikan lebih bersifat monoton; tanpa variasi yang membuka wawasan publik atau umat.
-
Pemetaan lokasi dakwah (mapping) yang representatif.
Sejauh ini, dakwah Islam berlangsung tanpa sasaran yang jelas. Pemetaan lokasi dakwah diperlukan untuk mengetahui lokasi-lokasi dan sasaran dakwah secara tepat; sehingga dapat diketahui pula tingkat keberhasilannya. Peta lokasi dakwah ini dapat digunakan oleh para muballigh yang akan terjun ke lapangan.
-
Perlu meningkatkan wawasan tentang kristologi dan berbagai aliran atau paham yang berkembang.
Jika kita ingin membendung upaya kristenisasi maka yang perlu dikatahui terlebih dahulu adalah seluk beluk agama Kristen dan strategi mereka dalam mempengaruhi umat Islam untuk pindah ke agama mereka. Artinya kalau mau menghadang musuh tentu harus tahu strategi musuh. Disamping itu, para da’i atau muballigh perlu juga mempelajari paham dan aliran, yang diduga sesat, yang sedang berkembang beserta pokok-pokok ajarannya.
-
Pengkaderan da’i/da’iyah atau muballigh/muballighah.
Selama ini, da’i/da’iyah ataumuballigh/muballighah lahir secara alamiah, bukan hasil dari sebuah pendidikan yang dirancang untuk itu, sebagaimana umat Kristen yang membuka sekolah khusus untuk calon misionaris, seperti Zending Huis di Belanda. Dalam hal ini umat tertinggal jauh, bahkan sulit ditemukan pengganti begitu seorang da’i/da’iyah atau muballigh/muballighah berakhir hidupnya. Karena itu, sudah saatnya merancang sebuah pusat atau lembaga pengkaderan da’i/da’iyah atau muballigh/muballighah untuk masa depan.
-
Pemanfaatan multimedia.
Jangkauan misi dakwah akan semakin luas jika digunakan aneka media baik media cetak maupun elektronik. Pemanfaatan media internet, seperti membuka website (situs jejaring sosial) dan pembuatan database dakwah, misalnya, dapat menyampaikan pesan atau misi Islam ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang relatif singkat dan cepat. Demikian juga, penggunaan laptop dengan in focus untuk kalangan terbatas juga sangat membantu dalam penyampaian pesan agama kepada masyarakat.
-
Pemberdayaan Baitu Maal.
Kelemahan jalannya dakwah Islam adalah karena kekurangan dana. Padahal potensi dana dari umat Islam sangatlah besar, baik dari zakat, infaq, hibah maupun wakaf. Dengan berfungsinya Baitul Maal, umat Islam akan lebih mudah melaksanakan berbagai program untuk melancarkan dakwah. Tanpa dana yang memadai, aktivitas dakwah tidak akan berjalan dengan baik, bahkan jalan di tempat; Demikian juga, mendorong umat Islam untuk mengeluarkan infaq dari sebagian harta untuk kepentingan fii sabilillah. Tentu saja, untuk pengelolaan Baitul Maal diperlukan tenaga-tenaga yang terampil dan profesional.
-
Perlunya membuat sistem perekonomian yang islami dan perlu membuat jaringan bisnis dari para aghniya/pengusaha muslim.
Dalam rangka mengangkat perekonomian umat, maka diperlukan membuat jaringan bisnis antar sesama pengusaha muslim. Dengan jaringan bisnis ini nantinya, akan terbentuk sistem perekonomian yang lebih islami, yang akan saling memberi keuntungan antara pengusaha, pekerja dan masyarakat yang membutuhkan.
[islamaktual/tabligh/abudeedat]