Peta Gerakan Penginjilan Di Indonesia

Pendahuluan
Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia, namun Indonesia juga dikenal sebagai negeri yang banyak bencana dan musibah. Setiap terjadi bencana alam maupun peperangan, bagi umat kristiani ini menjadi peluang yang amat mulia. Bagi para misionaris, ini kesempatan untuk menjala, memenangkan dan menuai ‘domba-domba yang tersesat’, ini merupakan amanat agung tuhan Yesus yang mereka yakini.
“Indonesia merupakan sebuah ladang yang sedang menguning, yang besar tuaiannya! Ya, Indonesia siap mengalami transformasi yang besar. Hal ini bukan suatu kerinduan yang hampa, namun suatu pernyataan iman terhadap janji firman Tuhan. Ini juga bukan impian di siang bolong, tetapi suatu ekspresi keyakinan akan kasih dan kuasa Tuhan. Dengan memeriksa firman Tuhan, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa Indonesia memiliki prakondisi yang sangat cocok bagi tuaian besar yang Ia rencanakan.”
Inilah tekad kaum misionaris Kristen untuk mengkristenkan Indonesia. Segala daya upaya mereka kerahkan. Gereja-gereja terus dibangun dimana-mana untuk memuluskan misi mereka. Gereja-gereja dan gerakan misi terus bergerak untuk meraih tujuan, “supaya semua gereja yang ada di Indonesia dapat bersatu sehingga Indonesia dapat mengalami transformasi dan dimenangkan bagi Kristus.”
Indonesia memang akan dijadikan pusat perkembangan Kristen di Asia Pasifik. Demikian kata pdt George Anatorae dari The Lord Family Church Singapore dalam seminar kerjasama Global Mission Singapore dan Galilea Ministry Indonesia, di hotel Shangrila Jakarta (9-12 Juni 1998).
Kristen sebagai agama misi akan terus melakukan penginjilan yang merupakan amanat agung Yesus untuk membaptis dan menjadikan murid (pengikut Kristus) ke seluruh dunia (Matius 28: 19-20).
Christianity Without The Religion
Pastor Greg Albrecht adalah salah satu inspirator dan aktor yang memfokuskan diri dalam gerakan penginjilan “Christianity Without The Religion”. Aktif di berbagai LSM, organisasi sosial, bahkan sejak tahun 2001 merambah ke dunia multimedia untuk memanifestasikan model penginjilan ini dalam rangka infiltrasi nilai-nilai kekristenan dalam dunia multimedia dan televisi.
Slogannya: “Hancurkan nilai-nilai yang ada, dan tiupkan nilai-nilai baru (nilai-nilai Kristus)”. Dalam dunia misi Kristen dikenal istilah ‘misi global’ (global mission), yaitu suatu gerakan misi religius untuk menguasai dunia baik secara struktural maupun kultural yang dilakukan oleh gereja dan komponen kekristenan (christianity agent) dengan berbagai alirannya (denominasi). Gerakan misi ini merupakan implementasi dari mandat kitab suci mereka agar seluruh dunia atau semua bangsa menjadi pengikut Kristus (Matius 28 : 19-20).
Sekelompok kaum Kristen Evangelis memasang target tahun 2020 sebagai masa ‘panen raya’. Sebuah buku berjudul Transformasi Indonesia : Pemikiran dan Proses Perubahan yang DIkaitkan dengan Kesatuan Tubuh Kristus (Jakarta:Metanoia, 2003), menggambarkan ambisi dan harapan besar kaum misionaris Kristen di Indonesia tersebut. Ditegaskan dalam buku itu:
“Kata ‘misi’ berasal dari kata Latin yang artinya ‘mengutus’. Menjadi seorang Kristen berarti diutus ke dunia sebagai wakil Yesus Kristus. Yesus berkata, “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yohannes 20 : 21).
Dari sekian banyak definisi misi, ada dua definisi yang sering dipakai, yaitu definisi dari Advancing Church Mission Commitment (ACMC). Definisi ini dibuat dan disepakati oleh kira-kira 170 orang pimpinan gereja dan badan-badan misi.
Pertama, misi adalah : “Setiap usaha yang ditujukan dengan sasaran untuk menjangkau melampaui kebutuhan gereja dengan tujuan untuk melaksanakan Amanat Agung dengan menyatakan Kabar Baik dari Yesus Kristus, menjadikan murid, dan dikaitkan dengan kebutuhan yang utuh dari manusia, baik jasmani maupun rohani.”
Kedua, mengenai gereja misioner yang aktif dan sehat, digambarkan sebagai : “Gereja yang mengambil sikap agresif dalam penginjilan sedunia, dimana setiap anggota jemaat melihat dirinya sebagai komponen kunci dalam menggenapi Amanat Agung dan memobilisasi sumber-sumber dayanya semaksimal mungkin untuk tugas ini.”
Kristenisasi Global Datang Mengancam
Peta Gerakan Penginjilan Di Indonesia
Majalah Time edisi 30 Juni 2003 lalu, menurunkan tema unik yang mengundang perhatian tersendiri. Dalam edisi yang bergambar Salib Emas yang sedang digenggam tersebut, Time menurunkan judul Should Christians Convert Muslim? Haruskah Kristen menarik Muslim? Kira-kira begitu terjemahan bebasnya.  Dalam edisi tersebut dituliskan berbagai kiprah dan kemajuan gerakan Kristenisasi di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Bahkan dalam peta yang dilampirkan, negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, India dan Nigeria termasuk negara-negara dengan jumlah misionaris dan penginjil tertinggi.
Dicantumkan dalam peta tersebut, jumlah penginjil dan misionaris yang tersebar di Indonesia diperkirakan 4000 s/d 10.000 orang aktivis.
Angka diatas adalah data resmi yang bisa terdeteksi. Namun bisa jadi, jumlah yang sebenarnya jauh dari angka yang disebutkan oleh Time. Dengan jumlah dan gerakan yang masif seperti itu, dapat dibayangkan berapa besar angka rekruitmen yang mereka lakukan.
Misi Kristen di Indonesia didukung oleh kekuatan dana yang sangat besar, diantaranya melibatkan konglomerat keturunan, James T. Riady (bos Group Lippo). Seperti terungkap di majalah Fortune (Juli 2001), James berencana membangun seribu sekolah di desa-desa miskin di Indonesia. James bekerjasama dengan Pat Robinson (misionaris dunia) juga akan mendirikan organisasi jaringan umat Kristiani. Hebatnya, umat Islam secara tidak sadar turut mendukung cita-cita besar James T. Riady. Antara lain dengan memberi persetujuan pendirian Rumah Sakit Siloam di Padang, Palembang, dan menjadi nasabah Bank Lippo, belanja di Mall Lippo, membeli rumah di Lippo Karawaci dan Cikarang, berobat ke RS Siloam, pelanggan Lippo shop, Link Net, Lippo Star, Kabelvision dan Asuransi Lippo.
Keberhasilan itu berkat kerja keras 38 agen kristenisasi, 1573 misionaris pribumi, 62 misionaris asing, dan 421 misionaris lintas kultural (data dari Operation World 2001 yang dihimpun India Mission Assocition, Japan Evangelical Association dan Korea Research Institute for Missions).
Salah satu lembaga yang gencar melaksanakan kristenisasi adalah Doulos World Mission (DWM). Saat ini DWM sedang melaksanakan Proyek Yerikho 2000, yaitu program pengkristenan wilayah Jawa Barat, dengan sentra kegiatan digerakkan di kawasan pinggiran Jakarta.
Proyek ini bertujuan “mewujudkan Kerajaan Allah di bumi Parahyangan menyongsong abad XXI”. Menurut Hendrik Kraemer, peneliti dan penginjil dari Belanda, Jawa Barat adalah wilayah “paling gelap” di Indonesia dan sangat tertutup bagi Injil. Karena itu, aktivis DWM bertekad, “kita harus merebut tanah Pasundan bagi Kristus.”
Peta Gerakan Penginjilan Di Indonesia
Yerikho 2000 juga digerakkan di Sumatra Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Pusat kegiatan DWM berada di kawasan Rawamangun (Jakarta Timur) dan Tangerang (Banten).
Program lainnya adalah Doa 2002, yang dilaksanakan sejak tanggal 19 Oktober 2001 sampai 6 Desember 2002. Secara khusus program ini menyebut beberapa komunitas Muslim sebagai objek kristenisasi. Diantaranya adalah suku Kaili Ledo (Sulawesi Tengah), Melayu Riau, Betawi, Aceh, Melayu Kalimantan, Tenggarong Kutai, Bima, Maluku, Banda dan Papua. Rencana program Doa 2002 tertuang dalam buku 40 Hari Doa Bangsa-Bangsa yang telah diterjemahkan ke dalam 35 bahasa di dunia.
Berbagai Aktifitas Lembaga Misi
  • FGBMFI (Full Gospel Business Men’s Fellowship Internasional); Gabungan dari pengusaha-pengusaha Kristen yang banyak membantu pendanaan untuk misi kristenisasi di Indonesia termasuk perusahaan-perusahaan besar di Indonesia seperti Lippo Group, Ciputra, Intiland, Summarecon, Sedayu Group dan dipimpin oleh James Riyadi (group Lippo).
  • Mendirikan Sekolah Tinggi Internasional Harvest (HITS) yang bekerja sama dengan 2000 gereja se-Indonesia guna untuk mendirikan sekolah Alkitab di dalam gereja, dalam brosur yang disebarkan itu ada paket gratis dengan jaminan 2000 gereja lokal untuk mempersiapkan 200.000 pemimpin perintis gereja yang akan diterjunkan kepada umat dalam menyambut tahun tuaian 2020 nanti.
  • Memperbanyak jumlah gereja sebagai sarana untuk menampung hasil tuaian, dan mereka menyadari bahwa transformasi tidak akan berjalan tanpa mengikuti master plan yang telah direncanakan, maka pendirian gereja harus diperbanyak walaupun hanya satu orang yang mengisinya sebagaimana yang diungkapkan oleh pendeta Dr. Eddy Leo, Mth. Maka salah satu yang harus juga diperhatikan adalah gereja, karena gereja adlah merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari tubuh Kristus. Dan kita melihat sekarang ini tingkat pertumbuhan yang sangat tajam dari jumlah gereja di berbagai tempat yang meningkat hingga 300% dibanding dengan pertumbuhan masjid yang hanya 60% setiap tahunnya menurut data Kementrian Agama, walaupun di dalam pembangunan gereja yang mereka dirikan banyak timbul masalah dan tidak sesuai dengan aturan hingga pada akhirnya banyak timbul gesekan dimana gereja itu dibangun, seperti pemalsuan KTP, tidak ada IMB, menipu dan membohongi masyarakat dan lain sebagainya.
  • Mereka juga telah mempersiapkan buku panduan dan aturan dalam melaksanakan tuaian atau pengkristenan yang sudah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa berjudul “The Final SIng” yang dikarang oleh pendeta Dr. Peter Youngren asal Kanada yang berisi pelajaranmengenai tuaian akhir zaman, dibagikan secara gratis yang pembagiannya dalam pengawasan salah satu organisasi Kristen “World Impact Ministries and The Global Harvest Force” dibagikan kepada sekitar 10.000.000 pekerja tuaian dari berbagai negara yang khusus untuk pelayanan akhir zaman.
  • NCFI (Nation Care For Indonesia); badan atau lembaga Kristen yang menaungi advokasi bantuan hukum dan investigasi bagi mereka yang tersandung masalah hukum yang terkait perseteruan dengan umat lainnya. NCFI menghasilkan beberapa strategi penginjilan, antara lain:
  1. Melahirkan LSM-LSM dan lembaga khusus di setiap wilayah di Indonesia untuk membantu program pemerintah dan mengambil alih (take over) program yang stagnan belum beroperasi, dan menciptakan program baru sebagai pendukung program pemerintah sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing dengan dukungan dana dari lokal maupun internasional. Contoh konkretnya mereka mengadakan berbagai misi dengan kedok kegiatan Lomba dengan nama “Bekasi Berbagi Bahagia”. Kegiatan itu mencatut nama/logo Pemda Kota Bekasi. Begitu juga mereka mengadakan acara “Karnaval Bekasi bebas Narkoba” dalam rangka Hardiknas, mereka mencatut nama BNK (Badan Narkotika Kota) Bekasi, tetapi kenyataannya mereka malah membuat formasi Pedang-Salib di halaman Masjid Agung al-Barkah.
  2. Pengembangan Pemukiman Kristen lewat proyek PROPERTI, di daerah pinggiran kota dan kawasan industri.

 

  • YMCA (Young Men’s Christian Association); gabungan para pemuda-pemudi Kristen dari semua elemen pemuda Kristen yang bergerak menangani dan mengurusi setiap kegiatan pemuda Kristen.
  • Yayasan Gideon Internasional; Lembaga yang dibentuk dari kalangan pengusaha Kristen, profesional yang memfokuskan diri pada bidang percetakan dan penerbitan Injil untuk dibagikan sebagai amunisi secara gratis ke sekolah, hotel, rumah sakit dan lain sebagainya. [islamaktual/tabligh/abudeedat]

Leave a Comment