Pendahuluan
Setelah pembahasan edisi sebelumnya, mengenai bukti-bukti bahwa kitab-kitab suci terdahulu itu sudah dipalsukan, pada edisi ini akan dibahas bukti-bukti kepalsuan Injil.
Para penginjil dan misionaris sudah kehilangan akal untuk memurtadkan kaum muslimin, sebagaimana EV. Jansen Litik menulis buku “Benarkah al-Qur’an itu Firman Allah?”. Dalam buku tersebut ingin membuktikan bahwa al-Qur’an itu bukan Firman Allah. Dan ini salah satu cara licik penginjil untuk meragukan kaum muslim terhadap Kitab sucinya. Dia ingin menjelaskan di dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat yang kontradiktif, banyak sumpah-sumpah dan banyak ayat yang tidak etis.
Nah, sekarang kita mencoba menjawab dan membuktikan, justru kitab merekalah yang perlu dipertanyakan keasliannya (Apakah benar Bibel itu firman Tuhan?).
Kepalsuan Injil
Dalam keyakinan Kristiani, Perjanjian Baru itu semuanya adalah murni firman Allah, dan keempat Injil yang ada di dalamnya adalah Injil asli sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Isa a.s (Yesus). Benarkah anggapan itu? Mari kita buktikan.
-
Injil Asli Sudah Punah
Nabi Isa a.s (Yesus) adalah orang Israel yang dilahirkan di Betlehem dan dibesarkan di Nazareth. Bahasa pergaulan dan bahasa resmi yang dipakai disana adalah Bahasa Aram. Secara otomatis, maka Yesus juga memakai Bahasa Aram untuk berkomunikasi dan pengajaran kepada para muridnya. Dan, Injil yang diajarkannya pun memakai Bahasa Aram. Anehnya, Injil yang tertua saat ini ditulis pada abad ke-4 Masehi dalam Bahasa Yunani. Padahal, seumur hidupnya Yesus tidak pernah pergi ke Yunani dan belajar Bahasa Yunani. Hal ini menunjukkan bahwa Kitab Injil yang asli yang dibawa oleh Yesus sudah tidak ada lagi. Yang ada adalah terjemahan dalam Bahasa Yunani yang tidak diketahui siapa penerjemahnya.
-
Injil yang ada saat ini bukan dari Yesus
Kitab Injil yang dipakai oleh umat Kristen ada empat kitab, yaitu: Injil karangan Matius, Injil karangan Markus, Injil karangan Lukas dan Injil karangan Yohanes. Mereka meyakini bahwa keempat Injil itu adalah injil asli sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Isa a.s (Yesus). Benarkah anggapan itu, mari kita buktikan.
Dalam Injil Markus 1:14-15 disebutkan: “Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya:”Waktu telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”.
Ayat tersebut, kalau dianalisa, jelas sekali dapat dipahami bahwa Injil asli yang diajarkan Yesus adalah Injil Allah, bukan Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes seperti yang ada dalam Bibel. Pertanyaannya, dimanakah Kitab Injil Allah yang diajarkan Yesus tersebut sekarang?
-
Banyaknya versi injil
Pada masa awal kekristenan setelah Yesus tidak ada di dunia, beredar banyak sekali versi Injil. Tapi, pada masa sekarang hanya empat Injil saja yang diakui, ditambah dengan surat-surat Paulus sebanyak 14 surat kiriman dan lain-lain. Encyclopaedia Brittannica vo. II halaman 106-108 mencatat nama-nama Injil dan tulisan yang dianggap suci oleh beberapa sekte Kristen permulaan yang saat ini dianggap sebagai kitab Apokripa oleh gereja, antara lain: Injil Mesir, Injil Yakobus, Injil Nikodemus, Injil Ibrani, Injil Petrus, Injil Thomas, Injil Duabelas, Injil Andreas, Injil Apelles, Injil Barnabas, Injil Bartholomeus, Injil Balilides, Injil Ebiona,Injil Eva, Injil Yakobus kecil, Ajaran Yesus Kristus, Rahasia Dari Yohanes, Injil Yudas Iskariot, Injil Hidup, Injil Marcion, Keturunan Maria, Pertanyaan dari Maria, Injil Maria, Injil Matias, Injil Kesempurnaan, Injil Philipus, Injil Thaddaeus, Injil Thomas, Injil Kebenaran, Kisah Andreas, Kisah Yohanes, Kisah Paulus, Kisah Thomas, Kisah Petrus, Khotbah Petrus, Ajaran Duabelas Rasul, Konstitusi Kerasulan, Surat Agbar, Surat Barnabas, Surat Clement, Surat Clement II untuk Jemaat Korintus, Surat Clement untuk Kegadisan, Surat Clement kepada Yakobus, Surat Ignatius, Surat Paulus kepada Jemaat Leodicea dan Alexandria, Fragmen Injil Fayun dan Peribahasa Yesus.
Dalam konsili Nicea tahun 325 M, ditetapkan bahwa Injil yang sah dan dipakai di gereja adalah 4 injil. Sedangkan Injil yang lainnya ditolak dan dibakar. Dalam hal ini, ada pertanyaan seputar Injil yang tidak bisa terjawab oleh kalangan theolog Kristen. Berapakah jumlah Kitab Injil yang diwahyukan kepada Yesus, satu ataukah lebih dari satu? Jika hanya satu Injil saja yang diwahyukan, kenapa sekarang muncul banyak Injil? Dari ratusan Injil yang beredar, kenapa hanya 4 Injil yang dianggap sah? Apa alasan dan standarnya?
Apakah Injil-injil yang ada saat ini diwahyukan Tuhan dengan cara yang sama? Jika sama, kenapa antara satu Injil dengan Injil Lainnya terdapat begitu banyak perbedaan dalam mengkisahkan peristiwa tentang Yesus, padahal peristiwanya hanya sekali terjadi?
Kepalsuan Injil Karangan Matius
Dalam Injil, Matius pemungut cukai termasuk ke dalam daftar 12 murid Yesus. Namun Injil Matius bukanlah ditulis oleh Matius murid Yesus, sesuai dengan pengakuan K. Riedel sebagai berikut:
“Menurut pendapat kita, pengarang Injil Matius bukannya seorang dari ke duabelas rasul, melainkan seorang Kristen berbangsa Yahudi yang tidak dikenal. Akan tetapi kita dapat mengatakan, bahwa pengarang Injil Matius itu seorang yang mempunyai karunia Roh Kudus. Hanya karena karunia Roh itu ia dapat melaksanakan karangan yang demikian penting untuk segenap gereja Kristus” (K. Riedel, Tafsiran Injil Matius, BPK Jakarta, 1952, hal. 14).
Dengan pengakuan sarjana theolog Kristen sendiri, jelas sekali bahwa Matius yang menulis Injil itu bukan murid Yesus, bahkan dia adalah keturunan Yahudi yang tidak dikenal asal-usulnya. Hal ini didukung dengan bukti-bukti ayat Injil yang ada, misalnya:
“Setelah Yesus pergi dari situ, ia melihat seorang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah aku”. Maka berdirilah Matius lalu mengikut dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan dia dan murid-muridnya” (Matius 9:9-10).
Tanpa perlu analisa yang susah payah, dengan mudah dapat diketahui, bahwa kata “Ia, Dia, Nya dan Matius” itu menunjukkan bahwa penulis Injil Matius itu bukanlah Matius murid Yesus, melainkan orang lain yang tidak diketahui asal-usulnya.
Bahkan menurut J.B. Phillips dalam bukunya ‘The Gospel Translated into Modern English” menyebutkan:
“Early tradition ascribed this Gospel to the apostle Matthew, but scholars nowadays almost all reject this view. The author, whom we still can conveniently call Matthew …. . He was used Mark’s Gospel Freely, though he has rearranged the order of ebents and has in several instances used different words for what is plainly in the same story”. (Tradisi-tradisi kuno menganggap bahwa Injil ini berasal dari rasul Matius, tetapi para imuwan sekarang menolak pendapat ini. Pengarangnya, secara tepat masih dapat diberi nama Matius… . Dia menyontek Injil Markus secara bebas. Padahal, ketika Yesus mengajar, Markus adalah anak yang masih ingusan yang belum pernah bertemu dengan Yesus).
Sementara itu, para professor pakar Tafsir Alkitab menyatakan bahwa dalam penulisannya, Matius banyak menjiplak dan meringkas Injil Markus.
“Pengaruh Injil Markus. Jelas sekali bahwa Matius mencakup hampir seluruh Injil Markus, kendati dia memperingkas cerita-cerita Markus tentang mukjizat, untuk menyediakan tempat bagi banyak bahan yang tidak dilaporkan dalam Markus” (The New Bible Dictionary, edisi Indonesia: Ensiklopedia Alkitab Masakini Jilid II, cet. III 1997, hal.38).
Kepalsuan Injil Markus dan Injil Lukas
Dalam injil, tak ada satu keterangan pun yang menyatakan bahwa Markus dan Lukas adalah murid Yesus. Dua nama ini tidak termasuk ke dalam 12 daftar nama murid Yesus dalam Injil Matius 10:2-4, yaitu: Simon Petrus, Andreas, Yakobus bin Zebedeus, Yohanes, Filipus, Bartolomeus, Thomas, Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot.
Ada yang menduga bahwa Markus dan Lukas adalah nama lain dari Thomas dan Bartolomeus. Tetapi pendapat ini sama sekali tidak benar, karena tidak ada ayat dan fakta sejarah yang mendukungnya.
Apalagi, dalam pendahuluan Injil yang dikarangnya Lukas mengakui bahwa dia menyusun Injil setelah melakukan penelitian secara intensif terhadap tulisan-tulisan yang tengah beredar. Tulisan Lukas hanyalah mengikuti jejak orang lain yang tidak lebih pintar darinya dalam menyusun Injil.
“Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu.” (Lukas 1:1-3).
Dalam pendahuluan Injil tersebut, dengan jujur Lukas menyatakan bahwa dia bukanlah saksi mata peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan Yesus. Sedangkan pengetahuan yang didapatnya, semua berasal dari kata orang saja. Jelas sekali bahwa Injil Lukas bukanlah wahyu Tuhan, melainkan hasil penyelidikan Lukas.
Lukas juga mengakui bahwa Injil yang ditulisnya itu ditujukan secara khusus untuk seorang Theofilus yang dimuliakannya, bukan untuk orang lain. Mustahil kalau Tuhan memuliakan seseorang dengan menulis Injil secara khusus untuknya.
Karena Lukas bukan saksi mata dan sumber inspirasinya tidak berasal dari Tuhan, maka ketika menceritakan kisah tentang asal-usul Yesus, Lukas memakai kata-kata “menurut anggapan orang”.
“Ketika Yesus memulai pekerjaannya, ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, dia adalah anak Yusuf, anak Eli” (Lukas 3:23).
Dengan memakai kalimat “menurut anggapan orang”, jelas sekali bahwa Injil Lukas itu bukanlah hasil inspirasi dari Tuhan. Dalam versi lainnya, kalimat “menurut anggapan orang” itu ditulis dalam tanda kurung. Bahkan dalam versi lain yang lebih berani, kalimat dalam kurung itu dihilangkan. Sehingga ayat-ayat itu berubah dari perkataan manusia menjadi firman Tuhan.
Kepalsuan Injil Karangan Yohanes
Meskipun dalam daftar nama murid Yesus (Matius 10:2-4) disebutkan nama Yohanes bin Zebedeus, tapi penulis Injil Yohanes itu bukanlah Yihanes bin Zebedeus murid Yesus, melainkan Yohanes lain lagi yang tidak diketahui asal-usulnya. Buktinya sebagai berikut:
Dalam Matius 17:1-6 diceritakan bahwa pada suatu hari, Petrus, Yakobus dan Yohanes diajak Yesus untuk naik ke puncak gunung yang tinggi. Di sana Yesus berubah muka, wajahnya bercahaya seperti matahari dan pakaiannya menjadi putih bersinar seperti terang. Sehingga mereka sangat bahagia.
Peristiwa ini diabadikan juga oleh Markus dalam kitabnya (Markus 9:1-13) dan oleh Lukas dalam kitabnya (Lukas 9:28-36).
Jika penulis Injil Yohanes itu adalah Yohanes bin Zebedeus, pastilah peristiwa itu diabadikan dalam Injil Yohanes, karena peristiwa ini sangat penting bagi Yohanes sebagai pelaku langsung. Kenapa Yohanes tidak mencantumkan pengalaman ini dalam Injilnya? Kenapa justru Matius, Markus dan Lukas yang tidak mengalaminya yang menulisnya dalam Injil mereka?
Jelaslah bahwa Injil Yohanes tidak ditulis oleh Yohanes bin Zebedeus murid Yesus. Jika penulis Injil Yohanes itu adalah Yohanes bin Zebedeus, maka berarti dia adalah penulis yang ceroboh dan ingatannya lemah (pelupa), sehingga lupa tidak menuliskan pengalaman pribadinya dengan Yesus yang sangat penting.
Kesimpulan
Kesimpulannya, bahwa kitab Injil yang dimiliki oleh umat Kristen saat ini tidak diketahui asal-usulnya dengan jelas. Dalam tinjauan ilmu hadits, para perawi Injil itu munqathi’ (terputus jalur) semuanya. Dengan demikian, Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes adalah kitab yang sangat dhoif untuk dijadikan sebagai pedoman hidup.
Hal ini sebagaimana telah diakui oleh Dr. K. Riedel, Pendeta Pakar Tafsir Alkitab, “Tiap-tiap pembaca kitab-kitab Injil memang mengetahui bahwa isi suatu kitab Injil tidak selalu cocok dengan kitab Injil yang lain” (Tafsiran Injil Matius, BPK Jakarta, 1963, hal. 18).
Inilah membuktikan Alkitab/bibel bukanlah Kitab Taurat Nabi Musa. dan bukan Injil nya yang dibawa Nabi Isa a.s. Dalam buku The Five Gosvels hasil penelitian 76 para Theolog menyimpulkan bahwa 82% tidak bersumber dari Yesus. [islamaktual/tabligh/abudeedat]